KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat allah subhanahuwata’ala, karena berkat rahmatnya kami bisa
menyelesaikan makalah yang bertema “kerajaan gowa tallo”. Makalah ini di ajukan
guna memenuhi tugas mata pelajaran sejarah . Kami mengucapkan terima kasih pada
semua anggota kelompok yang telah membantu sehungga makalah ini dapat di
selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
teman-teman dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuanbagi kita semua.
Watampone,
27 September 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….……i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang…………………………………………………………………………..
1
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………………………………….2
C.
Tujuan
Penulisan……………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah awal Kerajaan Gowa
Tallo………………………………………………….... ...3
B.
Letak Kerajaan Gowa
Tallo…………………………………………………………… ..3
C.
Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo……………………………………………………..
.4
D.
Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Kerajaan Gowa Tallo…………………………… ..7
E.
Proses kehancuran dari Kerajaan Gowa
Tallo………………………………………... ...10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………………
..11
B.
Saran………………………………………………………………………………….
...12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….... .13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiada
hentinya berbicara mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Mengapa
demikian? sebab hampir di setiap kerajaan Islam mempunyai keunikan historis
yang membuatnya menjadi kajian menarik bagi para sejarawan. Berbicara tentang
kerajaan Islam maka sulit melepaskannya dengan proses Islamisasi di Nusantara.
Kerajaan-kerajaan Islam berperan penting bagi tersebarnya Islam dari bagian
barat hingga timur Nusantara. Kerajaan Islam yang berperan besar dalam
perkembangan Islam di wilayah Timur Nusantara salah satunya ialah Kerajaan
Makassar.
Kerajaan Tallo
merupakan salah satu kerajaan suku Makassar yang terdapat di Sulawesi Selatan.
Kerajaan ini berhubungan erat dengan Kerajaan Gowa, yang secara bersama-sama
setelah Islamisasi persekutuan kerajaan Gowa-Tallo oleh para sejarawan disebut
dengan nama Kesultanan Makassar.
Gowa dan Tallo
pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua bersaudara. Berawal di
pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia
membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya, Batara Gowa dan
Karaeng Loe ri Sero. Hal ini dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin
berkuasa. Batara Gowa melanjutkan kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia
dengan memimpin Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng
Loe ri Sero, mendirikan kerajaan baru bernama Tallo.
Dalam perjalanannya,
dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian
pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua
kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng
se’re ata” (dua raja, seorang hamba). Sejak keduanya menyepakati perjanjian
maka siapa pun yang menjabat sebagai Raja Tallo, menjabat sebagai mangkubumi
Kerajaan Gowa. Para sejarawan kemudian menamakan kedua kerajaan Gowa dan Tallo
dengan Kerajaan Makassar.
Salah satu
kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan
adalah Kesultanan Gowa. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar
yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini memiliki
raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan
peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda
yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya
Arung Palakka. Lokasi kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan
daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi
Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah awal dari Kerajaan
Gowa Tallo?
b. Dimana letak Kerajaan Gowa Tallo?
c. Bagaimana silsilah Raja Kerajaan Gowa
Tallo?
d. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan
politik di Kerajaan Gowa Tallo?
e. Bagaimana proses kehancuran dari
Kerajaan Gowa Tallo?
f. Apa saja peninggalan Kerajaan Gowa
Tallo?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui sejarah awal dari Kerajaan
Gowa Tallo.
b. Mengetahui letak Kerajaan Gowa Tallo.
c. Mengetahui silsilah Raja Kerajaan Gowa
Tallo.
d. Mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan
politk di Kerajaan Gowa Tallo.
e. Mengetahui proses kehancuran dari
Kerajaan Gowa Tallo.
f. Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa
Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo
Pada awalnya di daerah
Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang
(Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili.
Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung
untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh
Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan
empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah
Batara Guru dan saudaranya
Kesultanan Gowa atau
kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah
sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar
(1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh
satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah
perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis;
demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang
Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
B. Letak Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo
lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah
Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut
sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal
dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah
Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan
Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi
Selatan pada saat itu.
C. Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo
1. Tumanurunga (+ 1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
6. Tunatangka Lopi (+ 1400)
7. Batara Gowa
Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo
ri Passukki
9. Daeng Matanre
Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng
Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng
Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng
Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
13. I Tepukaraeng Daeng
Parabbung Tuni Pasulu (1593).
14. I Mangari Daeng
Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna Berkuasa mulai tahun 1593 -
wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agama
Islam.
15. I Mannuntungi Daeng
Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna Lahir 11
Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana
Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat
pada 12 Juni 1670 17. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga
ri Allu' Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat
7 Mei 1681.
17. I Mallawakkang
Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
18. Sultan Mohammad Ali
(Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai
1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu Daeng
Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung.
(1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe
Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21. I Mappaurangi
Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan
Najamuddin
23. I Mappaurangi
Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun
1735)
24. I Mallawagau Sultan
Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa
Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara
Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27. I Mallisujawa Daeng
Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28. I Temmassongeng
Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng
Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I
Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng
Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng
Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 -
wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng
Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893- wafat 18
Mei 1895)
34. I Makkulau Daeng Serang Karaeng
Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na Memerintah sejak tanggal 18
Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan
perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan
diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal
akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.
35. I Mangimangi Daeng
Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa
(1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng
Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960)
merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
D. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Kerajaan Gowa Tallo
a. KONDISI SOSIAL
BUDAYA KERAJAAN GOWA TALLO
Sebagai negara Maritim,
maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat
berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka
yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam
kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan
golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”,
sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah
yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan,
maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan
dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan
Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
b. KONDISI EKONOMI
KERAJAAN GOWA TALLO
Kerajaan Makasar
merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di
Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
• letak yang strategis,
• memiliki pelabuhan yang
baik
• jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang
pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat
perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan
perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’
ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut,
maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang
pesat.
Selain perdagangan,
Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai
daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
c. KONDISI POLITIK
KERAJAAN GOWA TALLO
Penyebaran Islam di
Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera,
sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan
raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama
Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar
berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan
raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan
Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin
(1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta
daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil
menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur
perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa
di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi
tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku.
Dalam peperangan
melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk
mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba
antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu
Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan
tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara
terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan
Makasar.
Isi dari perjanjian
Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di
Makasar.
b. Belanda dapat
mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah
jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian
telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung.
Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin)
meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda
dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami
kehancurannya.
Keruntuhan Kerajaan
Gowa Tallo
Penyebab runtuhnya Kerajaan Gowa, yakni:
- Belanda bekerjasama dengan arung palakka untuk menghancurkan kerajaan Gowa.
- VOC membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (Persaingan Perdagangan)
- Belanda berhasil menguasai monopoli perdagangan Indonesia
E. Proses Kehancuran Kerajaan Gowa
Tallo
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar
dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama seperti ayahnya, sultan ini
menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan
Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari
Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda
mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasil
dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun
berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau
kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya
di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa:
Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan
Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate
yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru
pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai
masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan
Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar
mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 –
1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia
Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat
anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari Timur.
Demikian Gowa telah
mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung
(abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai
mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam
pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI
Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang
merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II
Otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam
sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.
B. Saran
Saran yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Bagi para pembaca dan
teman-teman lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih
jauh maka kami mengharapkan dengan rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. (2013).
Silsilah Kepemimpinan Kerajaan Gowa,
http://anragogy.blogspot.com/2013/01/silsilah-kepemimpinan-kerajaan-gowa.html,
diakses 25 April 2014
Negeri 1001 Cerita,
Gowa. (2013). Asal-usul Kerajaan Gowa dan Silsilah Kerajaan Gowa, http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2013/07/asal-usul-kerajaan-gowa-dan-silsilah.html,
diakses 25 April 2014
Pacce, Siri’ na.
(2012). Silsilah Raja-Raja Tallo.
http://jejakcelebes.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-raja-tallo.html, diakses
25 April 2014
Hapsari, Ratna, M.Adil.
2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.