BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Matematika dalam
kehidupan bisnis digunakan sebagai media atau alat untuk menyederhanakan
penyajian dan pemahaman masalah dimana dengan penggunaan bahasa matematika,
masalah-masalah yang ada dalam dunia bisnis dapat menjadi lebih sederhana untuk
disajikan, dipahami, dianalisis, dan dipecahkan. Konsep-konsep matematika
sangat penting dalam dunia bisnis untuk menganalisis suatu permasalahan serta
berfungsi untuk merumuskan hubungan antar variabel tersebut dalam bentuk persamaan
matematis, agar dapat diuji keberlakuannya secara empiris. Matematika merupakan
pendekatan, dimana para ahli perekonomian mempergunakan simbol-simbol matematis
untuk menyatakan permasalahan dan juga memberikan gambaran dengan dalil-dalil
matematis yang telah dikenal untuk membantu pembahasannya. Matematika
perekonomian mempergunakan asumsi-asumsi dan kesimpulan yang dinyatakan dalam
simbol-simbol matematis yang lebih baik daripada kata-kata dan dalam
persamaan-persamaan yang lebih baik dari kalimat-kalimat sehingga masalah dalam
ekonomi dapat digambarkan.
Terapan
matematika bisnis yang akan dibahas dalam makalah ini adalah yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi yang kemudian didekati dengan simbol – simbol
matematika dan analisis berdasarkan kaidah – kaidah ilmu matematika dasar.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Terapan
Matematika Dan Fungsi Linear Dalam Bisnis
2. Penerapan
Kalkulus Integral Dalam Bisnis
3. Penerapan
Diferensial Ekonomi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
TERAPAN MATEMATIKA DAN FUNGSI LINEAR DALAM BISNIS
A.
Pendahuluan
Didalam kagiatan
bisnis yang berkaitan dengan produksi komoditas barang tertentu, sering
dipengaruhi oleh hubungan antara variable bebas dan variable terikat yang
membentuk sebuah fungsi. Pada umumnya bahwa, variable bebas paling prioritas
yang memiliki hubungan dengan satu variable terikat ( jumlah permintaan sebuah
produk ) dapat di indentifikasikan , yaitu antara lain :
a. Harga
Produk
b. Pandapatan
Konsumen
c. Harga
Produk Lain Yang Mengait
d. Ekspektasi
harga Produk Periode Akan Datang
e. Selera
Konsumen.
Fungsi yang berkaitan dengan konsumen ( jumlah
permintaan sebuah produk ) disebut sebagai fungsi permintaan ( Demand Function ). Berikut hubungan
matematika secara umum antara beberapa variable bebas dan variable terikat
dalam fungsi permintaan :
Qdx,t
= f(Px,t’ Py,t’ Yt’ Pe x,t+1 St )
Dimana
: Qdx,t = Jumlah permintaan produk X dalam
periode t.
Px,t =
Harga produk X dalam periode t
Py,t =
Harga produk Y yang terkait dalam periode t.
Yt =
Pendapatan konsumen dalam periode t.
Pe x,t+1 = Ekspektasi harga produk X dalam
periode akan dating (t+1)
Dalam fungsi multi variable bebas terhadap satu
variable terikat tersebut dapat dibentuk beberapa kemungkinan fungsi satu
variable bebas terhadap satu variable terikat dengan mempertimbangkan variable
yang lainnya konstan (ceteris paribus).
Beberapa kemungkinan dari fungsi permintaan adalah sebagai berikut :
a. Qdx,t = f(Px,t ) mempunyai
hubungan yang negatif
b. Qdx,t = f(Py,t ) mempunyai
hubungan yang positif atau negatif
c. Qdx,t = f(Yt+1) mempunyai hubungan
yang positif atau negatif
d. Qdx,t
= f(Px,t) mempunyai hubungan
yang positif
e. Qdx,t
= f(St) mempunyai hubungan yang positif.
B.
Fungsi
Permintaan
Dari kelima hubungan antara satu variabel bebas dan
satu variabel terikat diatas yang sangat tinggi pengaruhnya adalah hubungan
antara variabel jumlah permintaan (produk yang diminta konsumen ) dengan harga
produk tersebut dan variabel yang lain diasumsikan ceteris paribus. Secara lebih sederhana karena tidak ada pengaruh
variabel lain, maka fungsi permintaan yang dimaksud dapat dirumuskan sebagai
beikut : Q = f(p). Bentuk umum fungsi permintaan memenuhi persamaan : Q = a – b
P.
Dimana
: Q = Jumlah permintaan produk a
= Penggal garis sumbu Q
P = Harga produk b = Kemiringan (slope) fungsi
Nilai negative kemiringan merupakan ciri kuat fungsi
permintaan, artinya bahwa semakin tinggi harga produk, semakin rendah jumlah
permintaan. Filosofi tersebut digambarkan sebagai grafik berikut :
P
a/b
Q
= a – b P
a
0
Q
Gambar grafik diatas untuk penerapan dalam ekonomi
beda dengan grafik matematika murni. Variabel bebas (P) dalam matematika murni
digambarkan sebagai sumbu absis, namun dalam penerapan ekonomi sebaliknya.
C.
Fungsi
Penawaran
Fungsi penawaran memiliki hubungan orientasi
kebalikan dari fungsi permintaan antara variabel terikat (jumlah penawaran) dan
variabel bebas ( harga ) , oleh karena itu sifat antara variabel terikat adalah
positif. Hubungan positif artinya bahwa ketika jumlah penawaran naik maka harga
mengikuti naik pula, sebaliknya katika sepi dari penawaran maka harga akan
mengikuti turun. Kondisi demikian adalah
filosofi fungsi penawaran yang sangat erat hubungannya dengan produsen,
sehingga karakteristik fungsi penawaran ( supply
function ) mencerminkan kondisi produsen. Berikut hubungan matematika
secara umum antara beberapa variabel bebas terikat dalam fungsi penawaran :
Qsx,t = f (Px,t’ Tt’ PF,t’
PR,t’ Pe x,t+1 )
Dimana :
Qsx,t
= Jumlah penwaran produk X oleh produsen
adalam periode t.
Px,t
=
Harga produk X dalam periode t.
Tt = Teknologi yang tersedia dalam periode
t.
PF,t = Harga faktor – faktor produksi dalam
periode t
PR,t = Harga produk lain yang terkait dalam
periode t
Pe x,t+1 =
Ekspetasi produsen terhadap harga produk X dalam periode akan datang (t+1)
Dari fungsi penawaran multi
variabel bebas terhadap satu variabel terikat tersebut dapat dibentuk beberapa
kemungkinan fungsi satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat dengan
mempertimbangkan variabel yang lainnya konstan ( cateris paribus ). Beberapa
kemungkinan dari fungsi penawaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. QSX,t
= f(Px,t) mempunyai hubungan yang positif
b. QSX,t
= f(Tt) mempunyai hubungan yang positif
c. QSX,t
= f(PF,t) mempunyai hubungan yang negatif
d. QSX,t
= f(PR,t) mempunyai hubungan yang positif
e. QSX,t
= f(Pex,t+1) mempunyai
hubungan yang negative
Kelima
antara satu variabel bebas dan satu variabel terikat di atas yang sangat tinggi
pengaruhnya adalah hubungan antara variabel jumlah penawaran dan harga prodek,
adapun variabel yang lain diasumsikan ceteris
peribus. Fungsi penawaran yang dimaksud adalah :
Q
= f(P). Bentuk umum fungsi penawaran memenuhi persamaan : Q = a + b P.
Dimana
: Q = Jumlah Penawaran
a = panggal garis sumbu Q
P = Harga Produk b = Kemiringan ( slope ) fungsi
Nilai
positif kemiringan merupakan cirri kuat fungsi penawaran, artinya bahwa semakin
tinggi harga produk, semakin tinggi pula jumlah penawaran oleh produsen.
Filosofi tersebut digambarkan pada grafik berikut :
P
Q
= a + b P
-a/b
0
Q
D.
Keseimbangan
Pasar
Diawali dari fungsi permintaan yang
berorientasi pada konsumen dan juga fungsi penawaran dari sisi peodusen,
keduanya bertemu si satu titik yaitu pasar. Pertemuan fungsi permintaan dan
penawaran tersebut secara filosofi merupakan kespakatan pasar sehingga secara
teori disebut sebagai keseimbangan pasar (
market equilibrium ) dari suatu produk tertentu. Keseimbangan pasar
tersebut akan menciptakan keseimbangan jumlah harga produk yang harus beredar
di pasar.
Atas dasar filosofi demikian secara
matematika bahwa harga atau jumlag produk yang diminta oleh konsumen harus sama
denga harga atau jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen, simbol
matematikanya adalah : Qd = QS atau Pd = PS.
Keseimbangan pasar secara aljabar dapat
diselesaikan dengan cara system persamaan linear secara matriks, atau
determinan ( aturan CRAMER ) , atau eliminasi, atau substitusi. Adapun secara
geometri dapat ditunjukkan oleh perpotongan antara grafik fungsi permintaan dan
fungsi penawaran. Berikut adalah grafik keseimbangan pasar yang dimaksud :
P QS
= a + b P
Qd
= a – b P
Pe E(Qe’
Pe)
0 Qe
Q
Dimana : Qd = Jumlah
Permintaan Produk P e
= Harga Keseimbangan
Qs = Jumlah
Penawaran Produk Q e =
Jumlah Keseimbangan
E = Keseimbangan pasar
Catatan
:
Seluruh kasus yang berkaitan dengan ekonomi, bahwa terapan matematika terjadi
hanya pada kwadran I karena baik harga (P) mauoun jumlah produk (Q) selalu
bernilai positif.
E. Keseimbangan Pasar Dari Dua Jenis
Produk
Keseimbangan
pasar telah dipelajari sebelumnya adalah untuk satu jenis produk, jadi tidak
ada tanda indeks untuk membendakan jenis produk yang satu dengan jenis yang
lain. Bagaimana kemudian ketika kondisi pasar tersebut dipengaruhi oleh dua jenis
produk “ misalkan produk X dan produk Y yang saling terkait “ maka masing-masing
fungsi mewakili jenis produk dengan
indeks yang berbeda, yaitu :
Fungsi
Permintaan : Qdx
= a0 – a1Px + a2Py dan
Qdy = b0 + b1Px – b2Py
Fungsi
penawaran : Qsx = - m0
+ m1Px – m2Py dan
Qsy = n0 – n1Px + n2Py
Dimana : Qdx = Jumlah Permintaan
Produk X
Qsx = Jumlah Penawaran Produk X
Qdy = Jumlah Pemintaan Produk Y
Qsy = Jumlah Penawaran Produk Y
P x = Harga Produk X
P y = Harga Produk Y
a0 , b0 , m0 dan n0 adalah
konstanta
Keseimbangan
pasar akan terjadi jika jumlah permintaan produk X sama dengan jumlah penawaran
produk X (Qdx=Qsx ) dan jumlah permintaan produk Y sama
dengan jumlah penawaran produk Y (Qdx = Qsy ). Analisis
selanjutnya adalah hasil substitusi masing-masing pasangan fungsi permintaan
dan fungus penawaran satiap jenis produk tersebut dikerjakan lagi dengan
menggunakan pendekatan cara apapun untuk mendapatkan nilai-nilai harga
keseimbangan masing-masing produk , yaitu : P ex dan P ey. Kemudian
sebagai tahap terakhir adalah substitusi nilai-nilai P ex dan P ey pada dua persamaan terakhir dan
diperoleh nilainilai jumlah produk dalam kondisi keseimbangan masing-masing
produk, yaitu : Q ex dan Qey
.
2.2
PENERAPAN
KALKULUS INTEGRAL DALAM BISNIS
A. Pendahuluan
Penerapan
Kalkulus Integral membahas menganai penerapan dalam bidang ekonimi dan bisnis,
terutama untuk menentukan atau mencarai kambali fungsi total apalagi fungsi
marginalnya telah diketahui. Fungsi total ini dapat berupa fungsi biaya total,
fungsi penerimaan total, fungsi produksi total, fungsi utulitas total, fungsi
konsumsi dan tabungan, fungsi inventasi, dan lain sebagainya, semua fungsi ini
dapat diperolah dengan menggunakan konsep integral tak tentu (infinite inegral).
Selaian itu,
Kalkulus integral dapat diterapkan lagi pada bidang ekonomi lainnnya yakni
untuk menentukan besarnya surplus/kelebihan konsumen (consumer’s surplus)atau surplus/kelebihan produsen (producer’s surplus). Hal ini terutama
apabila fungsi permintaan atau fungsi penewarannya berbentuk nonlinier
(misalnya parabola atau hiperbola).
B. Fungsi Biaya Total
Bahwa fungsi biaya (MC) adalah derivatif dari fungsi
total (TC). Oleh karena itu memperoleh fungsi biaya total TC = ƒ(Q), kita harus
mengintegralkan fungsi biaya merginalnya. Dengan kata lain, fungsi biaya total
(TC) adalah antiderivatif atau
integral dari fungsi biaya marginal. Jadi jika
MC = ƒ(Q), maka fungsi biaya total adalah :
Diamana nilai
konstanta Kmerupakan biaya tetap atau biaya overhead, nilai konstanta Kini dapat ditentukan bila kita
menetapkan nilai Q = 0.
Setelah
fungsi biaya total diperoleh, tentunya dengan mudah dapat diperoleh fungsi
biaya rata-ratanya. Rumus fungsi biaya rata-rata adalah fungsi biaya total
debagai dengan jumlah barang/jasa yang dihasilkan (Q). Jadi :
C. Fungsi
Penerimaan Total
Serupa dengan fungsi biaya total, jika fungsi penerimaan
merginal (MR)adalah derivatif
pertama dari fungsi penerimaan total (TR),
maka fungsi penerimaantotal dapat di peroleh dengan mengintegralkan fungsi
penerimaan merginal, jadi :
Diamana
konstanta K harus bernilai nol. Hal ini dikarenakan bahwa dalam teori
ekonomi nilai dari penerimaan total (TR) adalah nol bilamana belum ada produk
yang terjual. Dengan kata lain, TR = 0
jika Q = 0. Jadi nilai konstanta K
dalam fungsi penerimaan total selalau bernilai nol, sehingga fungsi penerimaan
total yang lengkap tidak mengandung konstanta K. Selanjutnya fungsi
penerimaan rata-rata (AR) dapat di
hitung dengan membagikan fungsi penerimaan total dengan jumlah barang/jasa yang
terjual (Q) jadi,
D. Fungsi Produksi Total
Jika fungsi produksi marginal MP = ƒ (X) di ketahui maka
fungsi produksi total TP dapat
diperoleh dengan jalan mengintegralkan fungsi produksi marginal yaitu :
Dalam
fungsi produksi total konstanta K = 0,
karena tidak akan output/produk yang dihasilkan apabila tidak ada input (faktor
produksi) yang digunakan.
E. Fungsi
Konsumsi Dan Tabungan
Dalam teori
ekonomi C dan tabungan S adalah fungsi dari pendapatan Y, atau dinyatakan C =
ƒ(Y) dan S = ƒ(Y). Kecendrungan konsumsi
marginal (MPC) adalah derivatif pertama terhadap Y dari fungsi konsumsi,
sedangkan kecendrungan menabung marginal (MPS) adalah derivatif pertama
terhadap Y dari fungsi rabungan. Jika kecendrunagn konsumsi marginal MPC dan
kecendrungan menabung mergial. MPS telah diketahui maka fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan dapat diperoleh dengan cara mengintegralkan baik MPC maupun
MPS. Untuk fungsi konsumsi adalah
Dimana konstanta K adalah konsumsi minimum jika pendapatan = 0 sedangkan fungsi
tabungan adalah
dengan konstanta
K adalah tabungan negatif (dissaving)jika pendapatan = 0, sehingga
nilai K ini adalah negatif.
F.
Investasi Dan Pembentukan Modal
Proses penambahan terhadap persediaan modal yang ada disebut
sebagai pembentukan modal. Jika proses ini dipandang berkesinambungan sepenjang
waktu, maka persedian modal dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari waktu K(t), dan tingkat pembentukan modal (rate of capital formation )sekarang
dapat dinyatakan dengan = K’(t). Tingkat pembentukan modal pada waktu tsama dengan tingkat aliran investasi
neto (rate of nate invesment flow)pada
waktu t, dan dinyatakan dengan I(t), atau = I(t) dengan demikian, untuk mendapatkan fungsi
persediaan modal K adalah integral terhadap waktu t
|
Dimana K = modal
saham awal K.
Untuk
mendapatkan fungsi persediaan modal khusu kita harus menetapkan terlebih dahulu
suatu kondisi awal. Misalnya jika modal pada waktu t = 0adalah sejumlah tertentu K(0),
maka kondisi ini dapat digunakan untuk menilai konstanta integrasi k.
G.
Kelebihan Konsumen
Suatu fungsi permintaan menunjukan
hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan berbagai harga
tertentu. Jika harga pasar produk tersebut adalah Pe, maka jumlah produk yang akan di beli oleh konsumen
adalah Qe, tetapi
berdasarkan kurva permintaan yang ada, maka menurut para ahli ekonomi bahwa
konsumen masih bersedia dan mampu untuk membayar produk tersebut dengan harga
yang lebih tinggi dari pada harpa Pe
sampai pada titik B. Namun
dalam kenyataannya tingkat harga yang terjadi di pasar hanyalah setinggi 0Pe. Dengan demikian surplus
harga tersebut (Pe B)adalah
keuntungan total bagi konsumen dan ini
disebut sebagai surplus/kelebihan
konsumen(consumer’s surplus).
Besarnya kelebihan konsumen ini dapat
diperoleh dengan cara mengintegralkan fungsi permintaan dengan menggunakan
metode integral tertentu. Jika fungsi permintaan berbentuk P = ƒ(Q), maka
kelebihan konsumen adalah
Dimana: KK =
Kelebihan Konsumen
Qe = Jumlah Keseimbangan
Pe = Harga Keseimbangan
Sedangkan apabila fungsi permintaan berbentuk Q =
ƒ(P), maka surplus konsumen adalah :
H.
Surplus
Produsen
Suatu fungsi penawaran menujukan hubugan anatara
jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen dengan berbagai harga tertentu.
Jika harga pasar produk tersebut adalah Pe
, maka jumlah produk yang akan di tawarkan oleh produsen adalah Qe, tetapi
berdasarkan kurva penawaran yang ada, maka produsen masih bersedia dan mampu
untuk manjual produknya dengan harga yang lebih rendah dari pada harga Pe, yaitu sampai
pada titik B. Namun dalam
kenyataannya tingkat harga yang terjadi di pasar hanyalah setinggi 0Pe. Dengan
demikian surplus harga tersebut (Pe
B) adalah keuntungan total total bagi produsen dan ini disebut
sebagai kelebihan produsen (produsr’s
surplus).
Besarnya kelebihan produsen ini dapat
diperoleh dengan cara mengintegralkan fungsi penawaran dengan menggunakan
metode integral tertentu. Jika fungsi penawaran berbentuk P = ƒ(Q), maka kelebihan produsen adalah :
Dimana : KP = Surplus produsen
Qe
= Jumlah Keseimbangan
Pe
= Harga keseimbangan
Sedangkan apabila fungsi penawaran berbentuk Q = ƒ(P), maka kelebihan produsen adalah
Dimana : KK = Kelebihan konsumen
B =
Titik potong sumbu P jika Q = 0
Pe =
Harga keseimbangan
2.3 PENERAPAN
DIFERENSIAL EKONOMI
A. Pendahuluan
Darivatif atau turunan
tidak dianggap sebagai suatu hasil bagi atau pecahan dengan sebagai pembilang dan dx sebagai penyebut,
melainkan sebagai lambang yang menyertakan limit dari , sewaktu mendekati nilai nol sebagai limit. Akan
tetapi untuk dapat memahami masalah – masalah tertentu kadang – kadang
bermanfaat juga untuk menafsirkan dx dan dy secara terpisah. Dalam hubungan ini
dx menyatakan diferensial x dan dy diferensial y. pengertian diferensial
berguna sekali, misalnya dalam aplikasinya pada kalkulus integral dan pada
pendekatan perubahan dalam variabel gayut yang berkaitan dengan perubahan –
perubahan kecil dalam variabel bebas.
Jika fَ (x) merupakan derivative dari fungsi f(x)
untuk nilai x tertentu dan merupakan
kenaikan dalam x, maka diferensial dari f(x), yang dalam hal ini ditulis f(x),
terdefinisikan oleh persamaan.
df (x) = fَ (x) .
Jika f(x) = x, maka fَ (x) = 1, dan dx = . Jadi jika x merupakan variabel bebas, maka
diferensial dx dari x sama dengan .
Jika y = f(x), maka dy = fَ (x) dx = dx
Jadi diferensial suatu variabel gayut sama dengan
hasil kali turunannya dengan diferensial variabel bebas.
B. Penerapan
Diferensial Ekonomi
1.Elastisitas
Elastisitas dari suatu fungsi berkenaan dengan x dapat didefinisikan
sebagai :Ini berarti bahwa elastisitas
merupakan limit dari rasio antara perubahan relative dalam y terhadap
perubahan relative dalam x, untuk perubahan x yang sangat kecil atau mendekati
nol. Dengan terminology lain, elastisitas y terhadap x dapat juga dikatakan
sebagai rasio antara persentase perubahan y terhadap perubahan x.
a)
Elastisitas
Permintaan
Elastisitas permintaan (istilahnya yang lengkap : elastisitas harga
permintaan, price elasticity of demand)
ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan jumlah barang yang
diminta akibat adanya perubahan harga. Jadi, merupakan rasio antara persentase
perubahan jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga. Jika
fungsi permintaan dinyatakan dengan Qd
= f(P), maka elastisitas permintaannya :
|
Permintaan
akan suatu barang dikatakan bersifat elastic apabila , elastic – uniter jika ,
dan inelastic bila . Barang yang permintaanya elastic mengisyaratkan bahwa jika
harga barang tersebut berubah sebesar persentase tertentu, maka permintaan
terhadapnya akan berubah (secara berlawanan arah) dengan persentase yang lebih
besar daripada persentase perubahan harganya.
b) Elastisitas
Penawaran
|
Penawaran suatu barang dikatakan bersifat elastic apabila , elastic – uniter jika dan inelastic bila . Barang yang penawarannya
inelastic mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut (secara searah)
dengan persentase yang lebih kecil daripada persentase perubahan harganya.
c) Elastisitas
Produksi
Elastisitas produksi ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya
perubahan jumlah keluaran (output) yang dihasilkan akibat adanya perubahan
jumlah masukan (input) yang digunakan. Jadi, merupakan rasio antara persentase
perubahan jumlah keluaran terhadap persentase perubahan jumlah masukan. Jika P melambangkan jumlah produk yang
dihasilkan sedangkan X melambangkan
jumlah factor produksi yang digunakan, dan fungsi produksi dinyatakan dengan P = f(X), maka efisiensi produksinya :
|
Dan berarti
bahwa, dari kedudukan X = 7, maka jika jumlah input dinaikkan (diturunkan)
sebesar 1% maka jumlah output akan bertambah (berkurang) sebanyak 9 %
2. Pendapatan
Konsumsi
Dalam ekonomi makro, pendapatan masyarakat
suatu negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dua
kategori penggunaan, yakni dikonsumsi dan ditabung. Jika pendapatan dilambang
dengan Y, sedangkan konsumsi dan tabungan
masing – masing dilambangkan dengan C dan S, maka kita dapat merumuskan
persamaan: Y = C + S
Baik konsumsi nasional
maupun tabungan nasional pada umumnya dilambangkan sebagai fungsi linear dari
pendapatan nasional. Keduanya berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin
besar pendapatan nasional maka konsumsi dan tabungan akan semakin besar pula.
Sebaliknya apabila pendapatan berkurang, konsumsi dan tabungan pun akan
berkurang pula, sehingga :
DY = ¶C + ¶S à diferensial
Karena ¶C + ¶S = dY à dY/dY = ¶C/dY + ¶S/dY à derivasi
¶C/dY = MPC (Marginal
Propensity to Consume)
¶S/dY = MPS (Marginal
Propensity to Save)
Sehingga terbukti bahwa MPC + MPS = 1
3.
Pendapatan Tabungan
Konsep diferensial dengan mudah
dapat diperluas menjadi fungsi yang terdiri dari dua atau lebih variabel bebas.
Perhatikan fungsi tabungan berikut ini : S
= S (Y,i)
Dimana S adalah tabungan (savings). Y adalah pendapatan nasional (national
income), dan i adalah suku bunga (interes rate). Fungsi ini kita asumsikan
seperti semua fungsi yang akan kita gunakan disini diasumsikan kontinu dan
memiliki derivative (parsial) kontinu, atau secara simbolis, f Є C'. Derivatif
parsial mengukur kecenderungan marginal
(marginal propensity to save). Jadi, untuk semua perubahan dalam Y, dY,
perubahan S hasilnya dapat diaproksima dengan kuantitas . Demikian juga jika
perubahan dalam i, di kita dapat sebagai
aproksimasi untuk menentukan perubahan S
yang dihasilkan. Jadi perubahan total dalam S
diaproksimsi dengan diferensial Atau dengan menggunakan notasi yang lain, Perhatikan
bahwa kedua derivative parsial Sy dan Si kembali menaikan
peran sebagai “pengubah” yang masing – masing mengubah dY dan di menjadi dS yang
bersesuaian. Pernyataan dS, yang
merupakan jumlah perubahan – perubahan
hasil aproksimasi dari kedua sumber, disebut diferensial total dari
fungsi tabungan. Dan proses untuk mencari diferensial total ini disebut
diferensiasi total (total differentiation), sebaliknya kedua komponen yang
ditambahkan di ruas kanan disebut sebagai diferensial parsial dari fungsi
tabungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Didalam kagiatan
bisnis yang berkaitan dengan produksi komoditas barang tertentu, sering
dipengaruhi oleh hubungan antara variable bebas dan variable terikat yang
membentuk sebuah fungsi. Pada umumnya bahwa, variable bebas paling prioritas
yang memiliki hubungan dengan satu variable terikat ( jumlah permintaan sebuah
produk ) dapat di indentifikasikan
Penerapan
Kalkulus Integral membahas menganai penerapan dalam bidang ekonimi dan bisnis,
terutama untuk menentukan atau mencarai kambali fungsi total apalagi fungsi
marginalnya telah diketahui. Fungsi total ini dapat berupa fungsi biaya total,
fungsi penerimaan total, fungsi produksi total, fungsi utulitas total, fungsi
konsumsi dan tabungan, fungsi inventasi, dan lain sebagainya, semua fungsi ini
dapat diperolah dengan menggunakan konsep integral tak tentu (infinite
inegral).
Darivatif atau
turunan tidak dianggap sebagai suatu
hasil bagi atau pecahan dengan sebagai
pembilang dan dx sebagai penyebut, melainkan sebagai lambang yang menyertakan
limit dari , sewaktu mendekati nilai nol
sebagai limit. Akan tetapi untuk dapat memahami masalah – masalah tertentu
kadang – kadang bermanfaat juga untuk menafsirkan dx dan dy secara terpisah.
Dalam hubungan ini dx menyatakan diferensial x dan dy diferensial y. pengertian
diferensial berguna sekali, misalnya dalam aplikasinya pada kalkulus integral
dan pada pendekatan perubahan dalam variabel gayut yang berkaitan dengan
perubahan – perubahan kecil dalam variabel bebas.
3.2
SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak
yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Referensi Buku :
Puguh Suharso, “ Matematika
Terapan Untuk Bisnis ”, cetakan kedua,
PT Indeks 2014