NAMA :
FAZZILA PUTRI AWALNEDY
PERGERAKAN PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELALUI
ORGANISASI
1. Organisasi Awal Pergerakan
a. Budi Utomo
Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul
bermacam-macam kelompok dan organisasi yang mempunyai konsep nasionalisme,
seperti Sarekat Dagang Islam (kemudian menjadi Sarekat Islam), Budi Utomo (BU),
Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasan, Jong Sumatranen Bond, dan lainnya.
Munculnya organisasi- organisasi itu mendanai fase perubahan perlawanan pada
pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelumnya berupa perlawanan fisik
kedaerahan menjadi pergerakan nasional yang bersifat modern.
Organisasi-organisasi itu mengusung tujuan yang sama, yakni untuk lepas dari
penjajahan. Budi Utomo Boedi Oetomo (BO) atau Budi Utomo (BU) adalah pergerakan
nasional yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta. Organisasi ini
dirintis oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. BU didirikan dengan tujuan untuk
menggalang dana untuk menolong anak-anak bumiputra yang kekurangan dana. Namun
ide itu kurang memperoleh dukungan dari Kaum Tua. Ide dr. Wahidin itu lalu
diterima dan kembangkan oleh Sutomo. Seorang mahasiswa School tot Opleiding
voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Sutomo kemudian dipilih sebagai ketua
organisasi itu. Sebagian besar pendiri BU adalah pelajar STOVIA, seperti
Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo. Pada
tanggal 29 Agustus 1908, dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan BU di Yogyakarta.
Para tokoh pendiri BU berpendapat bahwa untuk
mendapatkan kemajuan, maka pendidikan dan pengajaran wajib menjadi perhatian
utama. Organisasi itu memiliki corak sebagai organisasi modern, yaitu memiliki
pimpinan, ideologi dan keanggotaan yang jelas. Corak baru itu lalu diikuti oleh
organisasi-organisasi lain yang membawa pada perubahan sosial-politik.
Organisasi BU bersifat kooperatif pada pemerintah kolonial Belanda. BU bersifat
tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada mulanya organisasi
ini orientasinya hanya sebatas pada kalangan priyayi, namun pancaran
etnonasionalisme semakin terlihat saat dilaksanakan kongres BU yang
diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908, di Yoyakarta.
Dalam kongres itu dibahas mengenai dua prinsip
perjuangan, golongan muda menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi
pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua mempertahankan cara lama yaitu
perjuangan sosio-kultural.
b. Sarekat Islam
Pada mulanya SI lahir sebab adanya dorongan
dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan, wartawan, dan pedagang dari Solo.
Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Perkumpulan
itu memiliki tujuan untuk memberikan pertolongan pada para pedagang pribumi
agar dapat bersaing dengan pedagang Cina. Saat itu perdagangan batik mulai dari
bahan baku dikuasai oleh pedagang Cina, sehingga pedagang batik pribumi semakin
terdesak. Kegelisahan Tirtoadisuryo itu diutarakan pada H. Samanhudi. Atas
dorongan itu H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo (1911). Pada
mulanya SI memiliki tujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial.
Mula-mula SI adalah gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan masalah
kolonialisme. Jelaslah bahwa tujuan utama
SDI adalah melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islam agar dapat terus bersaing
dengan pengusaha Cina. Agama Islam digunakan sebagai faktor pengikat dan
penyatu kekuatan pedagang Islam yang saat itu juga memperoleh tekanan dan kurang
diperhatikan dari pemerintah kolonial. Sebagai perkumpulan dagang SDI lalu
berpindah ke Surabaya yang adalah kota dagang di Indonesia. SDI selanjutnya
dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang
orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat
anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang
memiliki tujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Banyaknya anggota muda dalam PSII membawa perbedaan
paham antara golongan muda dengan golongan tua. Pada 1932, timbulah perpecahan
dalam tubuh organisasi itu. Muncullah Partai Islam Indonesia (PARII) dibawah
Dr. Sukiman yang berpusat di Yogyakarta. Agus Salim dan A.M. Sangaji mendirikan
Barisan Penyedar yang berusaha menyadarkan diri sesuai dengan tuntutan zaman.
Persatuan dalam PSII tidak dapat dipertahankan lagi, Sukiman kemudian
memisahkan diri yang diikuti oleh Wiwoho, Kasman Singodimedjo dll. Pada tahun
1940, Sekar Maji Kartosiwiryo mendirikan PSII tandingan terhadap PSII yang
dipimpin Abikusno Cokrosuyoso. Akibat perpecahan itu PSII mengalami kemunduran.
Peranannya sebagai Partai Islam kemudian dilanjutkan oleh Partai Islam
Indonesia yang adalah lanjutan dari PARII di bawah pimpinan Dr. Sukiman.
c. Indische Partij (IP)
Indische Partij adalah organisasi politik yang
anggota-anggotanya berasal dari keturunan campuran Belanda-pribumi
(Indo-Belanda) dan orang asli pribumi. Munculnya organisasi ini sebab adanya
sejumlah golongan orang Indo-Belanda yang dianggap lebih rendah kedudukannya
dari pada orang Belanda asli (totok). Secara hukum mereka itu masuk dalam
bangsa kelas I, sebab kedudukan ayahnya yang orang Belanda. Namun demikian
secara sosial sebab ibunya orang pribumi mereka anggap lebih rendah oleh
golongan Belanda totok. Sejumlah orang dari golongan Indo Belanda itu kemudian
mendirikan perkumpulan Indische Bond (1898). E.F.E Douwes Dekker yang lalu
berganti nama Dr. Danudirjo Setiabudhi berkeinginan untuk melanjutkan Indische
Bond sebagai organisasi politik yang kuat. Keinginan Douwes Dekker itu semakin menguat saat dia
bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat atau dikenal
dengan Ki Hajar Dewantoro. Mereka lalu dikenal dengan “Tiga Serangkai”. Douwes
Dekker adalah cucu Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, seorang penulis Max
Havelaar yang membela petani Banten dalam masa Tanam Paksa. Dia seorang
campuran ayah Belanda dan ibunya Indo. Pengalaman hidupnya itulah yang menjiwai
gerak politiknya. Kedekatannya dengan buruh perkebunan kopi, saat dia menjadi
pengawas perkebunan di Jawa, yang menjadi alasan pemerintah Kolonial Belanda
untuk memecatnya.
2. Organisasi Keagamaan
Pada abad ke-19, muncul gerakan pembaruan di
negara-negara Islam, di Asia Barat. Pemikiran itu adalah reaksi atas tantangan
Barat. Gerakan itu berpusat di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dengan
pimpinan Jamaluddin Al Afghani. Pengaruh gerakan itu sampai di Indonesia dengan
tokoh-tokohnya Muhammad Iqbal dan Amir Ali. Reformasi Islam dapatlah dikatakan
sebagai gerakan emansipasi keagamaan, yaitu dengan perbaikan kaum muslim
melalui pendidikan yang sedapat mungkin sejajar dengan pendidikan barat. Di
Jakarta, tahun 1905, berdiri perkumpulan Jamiyatul khair yang mendirikan
sekolah dasar untuk masyarakat Arab. Sekolah modern itu disamping mengajarkan
agama juga mengajarkan pelajaran berhitung, sejarah, geografi, dll.
a. Muhammadiyah
Keberadaan organisasi BU sudah memberikan
inspirasi kepada KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah orgaisasi yang
bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi yang didirikan Ahmad Dahlan
pada 18 November 1912, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan.
Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam. Islam
seharusnya berasal pada Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf
nahimunkar, atau mengajak hal baik dan mencegah hal yang jelek. Pembaruan model
Wahabiyah di Arab pun dimulai, antara lain dengan manajemen organisasi modern,
pendirian lembaga pendidikan dan dakwah melalui media atau surat kabar.
Sistem pendidikan dibangunnya
dengan cara menggabungkan cara tradisional dengan cara modern. Model sekolah
Barat ditambah pelajaran agama yang dilakukan di dalam kelas. Dalam bidang
kemasyarakatan organisasi ini mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan rumah
yatim piatu yang dikelola oleh lembaga-lembaga. Usaha di bidang sosial itu
ditandai dengan berdirinya Pertolongan Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1923.
Itulah bentuk kepedulian sosial dan tolong membantu sesama muslim.
b. Nahdlatul Ulama (NU)
Pembaruan Islam yang dilakukan di kota-kota
mendorong kaum tua yang ingin mempertahankan tradisi mereka untuk mendirikan
organisasi. Reaksi positif dari golongan tradisionalisme adalah lahirnya
organisasi di kalangan mereka. Saat itu kebetulan bertepatan dengan akan
dilakukannya Kongres Islam sedunia (1926), di Hijaz. ulama terkemuka saat itu
lalu membentuk lembaga yang bernama Jam’iyatul Nahdlatul Ulama (NU) pada 31
Januari 1926, di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini adalah Kyai Haji
Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi itu berpegang teguh pada
Ahlusunnah wal jam’ah. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial,
ekonomi, dan pendidikan.
c.
Organisasi Islam lainnya
Gerakan
Islam modern juga dilakukan keturunan Arab di Indonesia. Pada tahun 1914 didirikan
perkumpulan Al-Irsyad oleh Syekh Ahmad Surkati. Dia berkeinginan agar
pendidikan agama Islam dilakukan sejak dini dan diajarkan terus menerus. Juga
dikembangkannya ukhuwwah Islamijah di antara pemeluk agama Islam. Banyaknya
keturunan Arab yang berdomisili di Indonesia, mendorong A.R. Baswedan untuk
mendirikan Partai Arab Indonesia pada tahun 1934. Mereka berpendapat bahwa
Indonesia sebagai tanah airnya, sebab mereka dilahirkan dari seorang perempuan
Indonesia. Di Sumatra Barat, berdiri Sumatra Thawalib. Organisasi itu didirikan
oleh kalangan pemuda Sumatra Barat, tahun 1918. Para pemuda itu mendapat
pendidikan Islam di Mekah. Mereka belajar pada Syekh Akhmad Khatib, ketika
kembali ke Sumatera Barat, mereka membawa pemikiran Islam modern yang digerakan
oleh Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Organisasi itu memiliki tujuan
untuk mengusahakan dan memajukan ilmu pengetahuan dan pekerjaan yang berguna
untuk kemajuan dan kesejahteraan menurut ajaran Islam. Kemudian organisasi itu
berubah menjadi Persatuan Muslim Indonesia yang memperluas tujuan, yaitu
Indonesia Merdeka dan Islam Jaya.
d. Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)
MIAI
adalah gabungan dari organisasi politik dan beberapa organisasi massa yang
bersifat moderat pada Belanda. Golongan Muslim yang tergabung dalam organisasi
memilih sikap nonkooperasi terhadap pemerintahan kolonial. Saat Jepang
berkuasa, organisasi ini mendapat kelonggaran menjalankan aktivitasnya,
sementara aktivitas organisasi yang lain dilarang. Karena MIAI dilihat sebagai organisasi
yang anti barat. Suatu saat seluruh pemuka agama diundang oleh Gunsikan, Mayor
Jenderal Okazaki ke Jakarta. Mereka diajak untuk bertukar pendapat. Pertemuan
itu menghasilkan MIAI wajib menambah azas dan tujuannya. Kegiatan MIAI
menyelenggarakan badan amal dan peringatan hari keagamaan.
3.
Organisasi pemuda
Di
samping organisasi keagamaan juga berkembang organisasi dan partai politik.
Organisasi itu masih bersifat kedaerahan dan menentang kolonialisme. Organisasi
itu memiliki tujuan untuk kebangsaan dan cinta tanah air. Pada kalangan pemuda
berkembang bermacam-macam gerakan untuk membebaskan tanah air dari penjajahan.
Tri Koro Dharmo, didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915. Organisasi itu
didirikan di Gedung Kebangkitan Nasional dengan ketua dr. Satiman Wiryosanjoyo.
Perkumpulan itu beranggotakan pemuda-pemuda Jawa. Dalam kongresnya di Solo
organisasi itu berubah nama Jong Java. Kemudian pada 1920-an Jong Java mulai
melaksanakan perubahan pandangan dari kedaerahan ke nasional. Setelah Sumpah
Pemuda dia berfusi dalam Indonesia Moeda. Pemuda Sumatera juga mendirikan persatuan pemuda
Sumatera yang dikenal dengan Jong Sumatera Bond. Organisasi itu dirikan pada
1917, di Jakarta. Persatuan itu memiliki tujuan untuk memperkukuh hubungan
antarpelajar yang berasal dari Sumatera. juga menumbuhkan kesadaran di antara
anggotanya, dan membangkitkan kesenian Sumatera. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan
Moh. Yamin.
4.
Organisasi Wanita
Organisasi
wanita yang berkembang sebelum tahun 1920, lebih menekankan pada perbaikan status
sosial di dalam keluarga. Organisasi itu juga menekankan pada pentingnya
pendidikan dan masih bersifat kedaerahan. Pada tahun 1912, berdiri organisasi
Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu memiliki tujuan untuk menolong
bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut pelajaran dan
mengemukakan pendapat dimuka umum, serta memperbaiki hidup wanita sebagai
manusia yang mulia. Berbagai aktivitas dilakukan organisasi itu, terutama
memberikan beasiswa untuk menunjang pendidikan dan menerbitkan majalah wanita
Putri Mardika. Beberapa tokoh yang pernah duduk dalam kepengurusan Putri
Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun
Tondokusumo.
5. Partai Komunis Indonesia
5. Partai Komunis Indonesia
Dalam
kongres nasional SI yang pertama penggabungan prinsip Islam dan sosialisme
dibicarakan. Sosialisme dilihat sebagai simbol modern yang berlawanan dengan
imperialisme. Suatu paham yang dilihat dapat membawa keadilan sosial,
kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah. Sementara itu di Belanda,
Sneevliet, Brandstrder, dan Dekker mendirikan ISDV. Mereka berusaha mencari
kontak dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat tetapi tidak berhasil. Untuk mendapatkan pengaruh yang
luas di kalangan masyarakat Indonesia, Sneevliet berusaha memasukkan ajaran-ajaran
komunis kepada masyarakat. Pilihan Sneevliet agar dapat menguasai masyarakat
yaitu melalui organisasi yang memiliki wibawa dan pengaruh yang luas, maka
dipilihlah SI. Pada waktu itu SI adalah organisasi dengan pengaruh yang cukup
kuat di kalangan penduduk bumiputera. Anggotanya adalah kalangan pemuda dan
berpikiran radikal. Pengikut ISDV lalu membentuk fraksi dalam tubuh SI.
No comments:
Post a Comment